Lingkungan Tumbuh
Menurut Bambang cahyono, 1996 menyatakan Tanaman
kentang akan tumbuh baik dan dapat memberikan hasil yang tinggi (jumlah ton/ha)
apabila ditanam di tempat yang keadaan lingkungannya sesuai dengan syarat
tumbuhnya. Pembudidayaan yang dilakukan tanpa memperhatikan keadaan ekologi
yang sesuai merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya kegagalan panen.
Dalam budidaya tanaman kentang,
keadaan lingkungan yang berpengaruh terhadap tumbuhnya tanaman adalah keadaan
tanah dan keadaan iklim. Keadaan tanah yang perlu mendapat perhatian adalah
letak geografis tanah, keadaan topografi tanah, keadaan sifat fisika-kimia
tanah dan biologis tanah. Sedangkan keadaan iklimnya adalah meliputi keadaan
suhu dan kelembaban udara, keadaan curah hujan, penyinaran cahaya matahari dan
angin. Adapun kesesuaian dari masing-masing keadaan lingkungan tersebut dapat
diterangkan sebagai berikut dibawah ini:
a.
Letak
Geografis Tanah/Ketinggian Tempat
Tanaman kentang umumnya dapat
tumbuh baik bila ditanam di dataran tinggi (1.500 – 3.000 m dpl). Namun sebagai
pengecualian, tanaman kentang ada yang tumbuh baik pada ketinggian 500 m dpl.
seperti di daerah Maja, dan tumbuh pada ketinggian 800 m dpl, seperti di daerah
Temanggung, Kedu. Keadaan ketinggian tempat juga berhubungan erat dengan
keadaan iklim setempat yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman, seperti
keadaan suhu udara, keadaan curah hujan, keadaan kelembaban udara, dan keadaan
penyinaran cahaya matahari. Semakin tinggi letak geografis tanah, maka keadaan
suhu udara akan semakin turun dengan laju penurunan sebesar 0,5˚C setiap kenaikan
100 meter dari permukaan laut. Sedangkan intensitas cahaya matahari dan
kelembaban udaranya semakin tinggi. Demikian pula keadaan curah hujan akan
semakin tinggi (Bambang cahyono, 1996).
b.
Keadaan
Topografi Tanah
Keadaan topografi tanah atau derajat
kemiringannya juga merupakan faktor yang berpengaruh terhadap budidaya tanaman
kentang, terutama berpengaruh terhadap besarnya biaya eksploitasi atau biaya
pembukaan tanahnya. Biaya yang diperlukan untuk pembukaan tanah pada daerah
yang topografinya miring akan lebih besar dibanding dengan pembukaan tanah
ataupun penanaman yang dilakukan pada daerah yang keadaan topografinya datar.
Sebab, pada daerah yang topografinya miring maka untuk pembudidayaannya harus
dibuat teras-teras dan tanggul-tanggul agar tidak terjadi erosi yang dapat
menghanyutkan unsur-unsur hara dan merusak tanaman akibat longsornya tanah.
Maka, pembukaan pada tanah yang miring diperlukan biaya tambahan untuk
pembuatan teras-teras dan tanggul-tanggul tersebut.
Untuk menghemat biaya
eksploitasi atau pembukaan tanah, maka sebaiknya dipilih lokasi yang keadaan
topografi tanahnya datar. Dengan demikian tidak perlu membuat teras-teras
ataupun tanggul-tanggul. Akan tetapi apabila keadaannya memaksa harus
menggunakan tanah yang miring, hendaknya harus memperhitungkan derajat
kemiringan tanahnya. Untuk pembudidayaan tanaman ditanah yang miring, derajat
kemiringan tanah harus dibawah 30%. Sebab, derajat kemiringan tanah diatas 30%
sudah merupakan faktor penghambat untuk budidaya tanaman sehingga sudah tidak
menguntungkan lagi (Bambang cahyono, 1996).
c.
Keadaan
Fisika, Kimia, dan Biologis Tanah
Tanaman kentang dapat tumbuh baik pada segala
jenis tanah, akan tetapi pertumbuhan yang paling baik dan subur adalah pada
tanah vulkanis dengan kandungan pasir sedikit. Pada tanah yang demikian itu
tanaman akan menghasilkan kualitas kentang yang baik. Sedangkan struktur tanah
yang sesuai adalah yang berstruktur gembur, tanah banyak mengandung bahan
organik atau humus, subur, tanah mudah mengikat air (porous), dan memiliki
drainase yang baik. Keadaan tanah yang padat dan tidak porous dapat menghambat
pertumbuhan umbi, sehingga umbi yang akan dihasilkan kecil-kecil. Disamping itu,
juga dapat menghambat pertumbuhan tanaman.
Sifat fisika tanah yang baik akan berpengaruh
baik terhadap pertumbuhan tanaman dan hasil panen, karena sifat fisika tanah
berpengaruh nyata terhadap peredaran oksigen dan ketersediaan oksigen di dalam
tanah yang sangat diperlukan untuk pernafasan akar dan jasad-jasad renik tanah
dalam membantu menguraikan bahan-bahan organik menjadi bahan yang tersedia bagi
tanaman: sifat fisika tanah yang baik juga dapat meningkatkan pembuangan air
(drainase) sehingga dapat mencegah penggenangan air. Pada struktur tanah yang
gembur dapat memudahkan akar tanaman menembus tanah sehingga dapat meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan perakaran, pertumbuhan tanaman dan pertumbuhan
umbi. Dengan sifat fisika tanah yang baik dapat mencegah erosi, yang berarti
dapat mencegah pula hilangnya unsur-unsur hara tanah.
Keadaan kimia tanah atau keasaman yang sesuai
untuk pertumbuhannya adalah tanah yang memiliki derajat keasaman (pH) sekitar 5
– 6,5. Jika tanah yang akan ditanami keasamannya tinggi, yaitu nilai pHnya
rendah maka keasaman tanah perlu diturunkan dengan menaikan nilai pH tanah
melalui pengapuran. Sedangkan apabila nilai pHnya tinggi diatas 6,5 maka perlu
diturunkan dengan memberikan belerang pada tanah. Derajat keasaman tanah berpengaruh
terhadap pertumbuhan tanaman, terutama pada tahap awal pertumbuhan dan terhadap
perkembangan umbi setelah umbi terbentuk. Keadaan derajat keasaman juga
berpengaruh terhadap ketersediaan zat-zat hara, dan aktivitas jasad renik tanah
dalam penguraian bahan organik. Pada keadaan tanah yang sangat asam (nilai pH
kurang dari 4) atau sangat basa (nilai pH lebih dari 9) sudah merupakan racun
bagi tanaman.
Keadaan biologis tanah atau
keberadaan organisme tanah berpengaruh terhadap tingkat kesuburan tanah karena
berfungsi sebagai pengurai bahan-bahan organik tanah menjadi bahan yang
tersedia bagi tanaman. Keberadaan organisme tanah sangat dipengaruhi oleh
keadaan sifat fisika tanah dan keasaman tanah (Bambang cahyono, 1996).
d.
Keadaan
Suhu dan Kelembaban
Keadaan suhu udara yang sesuai
untuk pertumbuhan tanaman adalah berkisar antara 15˚C – 20˚C dengan kelembaban
udara antara 80% – 90%. Suhu udara yang terlalu tinggi atau terlalu rendah
dapat menyebabkan pembentukan umbi berkurang sehingga menurunkan produksi, hal
ini disebabkan karena aktivitas metabolisme tanaman menurun. Demikian pula
kelembaban udara yang terlalu tinggi dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan
karena penyakit, terutama yang disebabkan oleh cendawan (Bambang cahyono, 1996).
e.
Keadaan
Curah Hujan
Daerah dengan curah hujan 1.200
– 1500 mm/tahun merupakan daerah yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman kentang.
Curah hujan yang terlalu tinggi (banyak hujan) tanaman menjadi peka terhadap
serangan penyakit busuk batang atau akar. Disamping itu, mutu umbi yang
dihasilkan jelek, yakni umbinya kecil-kecil, kulit umbi tipis dan mudah
mengelupas. Dengan demikian produksinya menjadi rendah (Bambang cahyono, 1996).
f.
Faktor
Penyinaran Matahari
Penyinaran cahaya matahari
merupakan sumber energi yang diperlukan tanaman untuk proses fotosintesis.
Lamanya penyinaran cahaya matahari berpengaruh terhadap waktu (kapan) umbi
terbentuk dan lamanya proses perkembangan berlangsung. Kisaran lamanya
penyinaran cahaya matahari bervariasi antara 10 – 16 jam per hari, tergantung
varietasnya. Namun, faktor cahaya yang penting berpengaruh terhadap pembentukan
umbi adalah intensitas cahaya. Tanaman kentang memerlukan intensitas cahaya
yang besar. Semakin besar intensitas cahaya yang dapat ditangkap atau diterima
akan mempercepat pembentukan umbi dan waktu pembungaan. Intensitas cahaya
matahari yang lemah akibat keadaan cuaca yang buruk atau karena tertutup
pepohonan disekitar tanaman dapat menyebabkan tanaman tumbuh memanjang, kurus,
lemah, dan pucat. Akibatnya proses pembentukan umbi terhambat (Bambang cahyono,
1996).
g.
Keadaan
Angin
Angin yang kencang dan
berkelanjutan secara langsung dapat merusak tanaman, seperti robohnya tanaman,
patahnya ranting-ranting dan lain-lain. Sedangkan pengaruhnya secara tidak
langsung terhadap pertumbuhan tanaman adalah angin berpengaruh terhadpa kondisi
tanah, yakni angin yang kencang dapat mempercepat penguapan air tanah sehingga
menyebabkan tanah cepat mengering dan mengeras. Keadaan ini dapat mempengaruhi
jumlah imbangan antara udara dan air di dalam tanah tidak mencukupi untuk
kebutuhan tanaman. Dengan demikian tanaman akan terganggu pertumbuhannya dan
keadaan tanah yang mengeras dapat menghambat pertumbuhan umbi (Bambang cahyono,
1996).
Varietas Tanaman Kentang
Dalam ilmu botani, varietas
kentang dicirikan dengan bentuk tanaman, pertumbuhan, daun, bunga, buah, biji,
dan sifat-sifat lain yang dapat dibedakan dalam jenis yang sama. Bila
diperbanyak secara generatif atau vegetatif, varietas tanaman yang sama akan menghasilkan
tanaman dengan ciri-ciri yang sama, unik, stabil, dan rasa yang mantap.
Varietas kentang unggul telah banyak beredar di lapangan, berasal dari
pemuliaan di dalam negeri dan atau introduksi dari luar negeri. Beberapa
varietas kentang yang banyak diminati dan dibudidayakan oleh petani adalah
sebagai berikut (Setijo pitojo, 2004).
a.
Varietas
Cipanas
Varietas kentang Cipanas adalah hasil persilangan dari varietas Thung
1510 dan Desiree. Tanaman kentang Cipanas berumur antara 95 – 105 hari. Tanaman
ini memiliki karakteristik morfologi sebagai berikut: tinggi tanaman berkisar
antara 50 cm – 56 cm; batang tanaman berwarna hijau tua, memiliki penampang
berbentuk segi lima, dan bersayap lurus; daun tanaman berbentuk oval, berwarna
hijau tua dengan urat utama hijau muda, dan permukaan bawah daun berbulu;
jumlah tandan bunga antara 3 – 7 buah; putik berwarna putih dan benang sari
berwarna kuning.
Potensi hasil varietas Cipanas adalah 13 – 34 ton/ha dengan rata-rata
24,9 ton/ha. Umbi berkulit putih, mata umbi dangkal, dan permukaan umbi rata.
Daging umbi berwarna kuning dan berkualitas sangat baik. Tanaman kentang
varietas Cipanas agak peka terhadap nematoda Meloidogyne sp., tahan terhadap busuk daun Phytophthora infestans, dan peka terhadap layu bakteri Pseudomonas solanacearum (Setijo pitojo,
2004).
b.
Varietas
Cosima
Varietas Cosima yang banyak beredar di Indonesia adalah introduksi dari
jerman Barat. Tanaman kentang Cosima berumur antara 100 – 110 hari. Tanaman ini
memiliki karakteristik morfologi sebagai berikut: tinggi tanaman mencapai 75
cm; batang tanaman berwarna hijau tua, memiliki penampang berbentuk segi lima,
dan bersayap rata; daun tanaman berbentuk oval dengan ujung meruncing, berwana
hijau dengan urat utama hijau muda, dan permukaan bawah daun berkerut serta
berbulu; jumlah tandan bunga berkisar antara 5 – 11 buah; putik berwarna putih;
benang sari berjumlah lima buah dan berwarna kuning; dan buah berbentuk bulat
pipih.
Potensi hasil kentang varietas Cosima berkisar antara 19 – 36 ton/ha,
dengan hasil rata-rata 28,5 ton/ha. Kulit umbi berwarna kuning muda dan daging
umbi kuning tua. Umbi kentang varietas Cosima memiliki kualitas sedang. Tanaman
kentang varietas Cosima cukup tahan terhadap nematoda Meloidogyne sp., tahan terhadap busuk daun Phytophthora infestans, dan agak peka terhadap layu bakteri Pseudomonas solanacearum (Setijo pitojo,
2004).
c.
Varietas
Segunung
Varietas Segunung adalah hasil persilangan antara varietas Thung 151 C
dan Desiree. Tanaman kentang Segunung berumur
100 hari. Tanaman ini memiliki
karakteristik morfologi sebagai berikut: tinggi tanaman mencapai 70 cm; batang
berwana hijau muda berpigmen ungu, memiliki penampang berbentuk segi empat, dan
bersayap bergerigi; daun dan urat utama daun berwarna hijau muda, berbentuk
oval agak bulat dengan ujung runcing, dan permukaan bawah daun berkerut serta
berbulu; jumlah tandan bunga delapan buah, putik berwarna putih, dan benang
sari berwarna kuning.
Potensi hasil kentang varietas Segunung mencapai 25 ton/ha. Umbi berkulit
kuning, halus, dan mata umbi dangkal. Daging umbi berwarna kuning dan
berkualitas baik. Varietas Segunung cukup tahan terhadap busuk daun Phytophthora infestans dan cocok ditanam
di dataran tinggi (Setijo pitojo, 2004).
d.
Varietas
Granola L.
Varietas Granola L. adalah hasil introduksi dari Jerman Barat. Tanaman
kentang varietas Granola L. berumur antara 100 – 115 hari. Tanaman ini memiliki
karakteristik morfologi sebagai berikut: tinggi tanaman
65 cm; batang berwarna hijau,
berpenampang segi lima, dan bersayap rata; daun berwarna hijau dengan urat
utama hijau muda, berbentuk oval, dan permukaan daun bagian bawah berkerut;
jumlah tandan bunga berkisar antara 2 – 5 buah, putik berwarna putih; dan
memiliki 5 buah benang sari berwarna kuning.
Potensi hasil rata-rata 26,5 ton/ha. Umbi berbentuk oval, berkulit kuning
sampai putih, dan bermata dangkal. Daging umbi berwarna kuning. Varietas
Granola L. tahan terhadap PVA dan PVY, namun agak peka terhadap layu bakteri Pseudomonas solanacearum dan busuk daun Phytophthora infestans (Setijo pitojo,
2004).
e. Varietas Atlantik Malang
Varietas Atlantik Malang merupakan introduksi dari Wisconsin, Amerika.
Tanaman kentang varietas Atlantik Malang berumur
100 hari. Tanaman ini memiliki
karakteristik morfologi sebagai berikut: tinggi tanaman mencapai 50 cm; batang
berwarna hijau dan berpenampang agak bulat; daun dan urat utama daun berwarna
hijau; permukaan bawah daun bergelombang; jumlah tandan bunga antara 1 – 2
buah; putik berwarna hijau; dan benang sari yang berwarna kuning.
Potensi hasil varietas Atlantik Malang berkisar antara 8 – 20 ton/ha.
Kulit dan daging umbi berwarna putih, serta mata umbi dalam. Varietas Atlantik
Malang tahan terhadap nematoda (Setijo pitojo, 2004).
f.
Varietas
Merbabu-17
Varietas Merbabu-17 adalah hasil persilangan antara IP 81001-1 dan MF-1.
Tanaman kentang varietas Merbabu-17 berumur antara 90 – 120 hari. Tanaman ini
memiliki karakteristik morfologi sebagai berikut: tinggi tanaman lebih dari 100
cm; batang tanaman berwarna hijau; daun tanaman berwarna hijau tua; dan bunga
berwarna putih keunguan.
Potensi hasil varietas Merbabu-17 mencapai 24 ton/ha. Umbi berbentuk
oblong, memiliki kulit berwarna kuning berbintik-bintik, bermata dangkal, dan
daging umbi berwarna kuning. Varietas Merbabu-17 bersifat agak tahan terhadap
hama penggorok daun L. huidobrensis
dan tahan terhadap busuk daun Phytophthora
infestans (Setijo pitojo, 2004).
Teknik
Budidaya Tanaman Kentang
Pengadaan Benih atau Bibit
Benih atau bibit kentang adalah bagian tanaman berupa
umbi dan bukan berupa biji botani (True Potato Seed) yang digunakan untuk
memperbanyak dan atau mengembangbiakan tanaman kentang. Umbi yang akan ditanam perlu diseleksi dulu,
dipilih yang sehat, dan berasal dari tanaman yang bebas hama dan penyakit.
1)
Pengelompokan
Ukuran
Pengelompokan ukuran benih adalah pengelompokan menurut besar kecilnya umbi. Menurut Direktorat Perbenihan
dan Sarana Produksi, Direktorat
Jendral Hortikultura, Departemen
Pertanian RI, berikut seleksi ukuran benih yang dikelompokan berdasarkan bobot
umbi.
·
Ukuran
LL bobot lebih dari 120 gram
·
Ukuran
L2 bobot 90 – 120
gram
·
Ukuran
L1 bibot 60 – 90 gram
·
Ukuran
M bobot 30 – 60 gram
·
Ukuran
S bobot 10 – 30 gram
·
Ukuran
SS bobot kurang dari 10 gram
Menurut Drs.H.
Hendro Sunarjono, ukuran umbi yang biasa ditanam.
·
Kelas
I, bobot 30 – 45 gram; diameter 35 – 45 mm.
·
Kelas
II, bobot 45 – 60 gram; diameter
45 – 55 mm.
·
Kelas III, bobot 60 – 80
gram; diameter 55 – 65 mm.
Setelah panen
umbi calon benih disimpan secara benar di tempat yang benar dan mendapat
perlakuan secara benar pula. Adapun perlakuan tersebut sebagai berikut.
·
Umbi
benih yang baik adalah umbi yang bertunas dan kuat setelah disimpan 4 – 5 bulan
setelah dipanen.
·
Penyimpanan
yang baik dilakukan dalam gudang yang terang.
·
Umbi
diletakkan pada rak-rak dengan ketebalan kurang lebih 3 lapis umbi.
·
Biasanya,
tunas yang tumbuh pertama adalah tunas ”apical” kemudian disusun tunas
”lateral”. Tunas ini biasanya dirompes
untuk menumbuhkan jumlah tunas yang lebih banyak .
·
Benih
yang siap ditanam jika panjang tunas antara 2 – 3 cm
dan jumlahnya 3 – 5 tunas.
·
Bila
benih ditanam untuk tujuan memanen kentang untuk konsumsi, biasa digunakan umbi
berukuran M (30 – 60 gram); dan sebaliknya kalau menanam untuk memanen kentang
untuk benih digunakan umbi berukuran L (di atas 80 gram). Namun, selain ukuran ini juga digunakan jarak
tanaman yang lebih rapat untuk tanaman penghasil benih.
·
Suhu
udara dalam gudang kisaran 14 –
18 derajat celcius dengan
kelembaban antara 75 – 90 %.
·
Aerasi
dalam gudang harus lancar.
·
Umbi
untuk benih dipilih yang tua dengan ciri kulit umbi yang kuat (tidak mudah
mengelupas atau tidak gampang dikelupas).
Selain itu permukaan umbi mulus atau tidak ada cacat.
2.4.2 Pengolahan Lahan
Pengolahan tanah
merupakan salah satu kegiatan awal dalam budidaya kentang. Namun demikian perlu disadari bahwa
penyediaan saprodi ( bibit, pupuk, dan/atau bahan lain) perlu disiapkan
terlebih dahulu atau bersamaan menjelang penyiapan lahan selesai.
a.
Cara
mengolah
Prinsipnya,
cara mengolah tanah untuk penanaman
kentang tidak berbeda dengan pengolahan tanah untuk tanaman pada umumnya. Berikut tahap-tahap
pengolahannya.
·
Tanah
dibajak (di cangkul) untuk membalik posisi tanah. Tanah bagian bawah dibalik menjadi ke atas
(permukaan tanah), sebaliknya tanah bagian atas (permukaan tanah) menjadi di
bawah.
·
Setelah
dibajak, tanah dibiarkan beberapa hari agar terkena sinar matahari.
·
Tanah
bajakan dicangkul atau digaru agar tanah yang masih berbongkah-bongkah menjadi
remah dan gembur. Lalu tanah ini
dibiarkan beberapa hari.
·
Setelah
dibiarkan beberapa hari, tanah kembali dibajak dan dicangkuli/digaru. Jadi, tanah untuk kentang memerlukan
dua kali pembajakan dan pencangkulan/penggaruan.
b.
Pembuatan
Guludan
Guludan yang dibuat di lahan perbukitan memiliki kemiringan tanah kurang
dari 15 %, cara pembuatan guludannya cukup dengan memotong
kemiringan itu. Kalau kemiringannya lebih dari 15 %, lahan harus dibuat
secara berteras. Pada lahan datar sebaiknya dibuat bedengan memanjang ke arah barat-timur agar
memperoleh sinar matahari secara optimal sedang.
Pada lahan berbukit arah bedengan dibuat tegak lurus kemiringan
tanah untuk mencegah erosi. Lebar
bedengan 70 cm (1 jalur tanaman) /140 cm (2 jalur tanaman) tinggi 30 cm dan
jarak atar bedengan 30 cm. Lebar dan
jarak antar bedengan dapat diubah sesuai
dengan varietas kentang yang ditanam.
Disekeliling petak bedengan dibuat saluran pembuangan air sedalam 50 cm
dan lebar 50 cm.
c.
Pemupukan
Pemupukan pada kentang
biasanya diawali dengan pupuk
dasar diantaranya yaitu pupuk kandang,
kompos, dan lain sebagainya. Untuk jenis pupuk kandang misalnya, pupuk kandang sapi, domba, ayam, kuda, dan sebagainya.
Begitu pula dengan kompos, bisa berasal dari tanaman jagung, rumput,
atau sampah dedaunan dan lain sebagainya.
Selain pupuk organik, pupuk dasar juga berupa pupuk anorganik (pupuk
buatan).
Cara Pemberian Pupuk Organik yaitu dengan mencampurkan pada tanah dengan kedalaman 20 cm ketika pembuatan
guludan dilakukan. Setelah dicampur
rata, barulah guludan diratakan. Kebutuhan pupuk per hektar 20 – 30 ton
untuk lahan baru atau kesuburannya kurang memenuhi syarat. Sedangkan
untuk tanah yang cukup subur biasanya pupuk organik yang digunakan
sekitar 10 – 15 ton per hektar.
Pupuk organik dapat juga diberikan
setelah bedengan atau guludan dibuat.
Maksudnya, setelah guludan jadi, dibuat lubang tanam, dan ke dalam
lubang tanam inilah pupuk organik dimasukkan. Takarannya kurang lebih 0,5 – 1,0
kg per lubang tanam. Dengan takaran ini, rata-rata kebutuhan per hektar sekitar
10 – 15 ton.
Pupuk organik dapat ditanamkan
ke dalam tanah diantara/sekitar lubang tanam.
Pupuk organik ditanam ke dalam tanah sampai sedalam 10 – 20 cm. Pencampuran
pupuk organik dan tanah saat guludan dibuat lebih dianjurkan ketimbang pupuk
organik dibenamkan kedalam lubang tanam. Karena dikhawatirkan benih yang
dibenamkan di atas pupuk organik bisa tertular jamur, hama, atau pengganggu
lainnya terutama bila pupuk organik kurang steril.
Pemberian pupuk
organik satu atau dua minggu sebelum tanam dan bersamaan dengan pemberian
pestisida. Pestisida yang diberikan dengan cara mencampurkannya
secara merata dengan tanah.
1)
Cara
Pemberian Pupuk Anorganik
Pupuk anorganik
untuk kentang dianjurkan menggunakan Urea (45%), ZA (21% N dan 24% S), TSP
(45% P2O5), dan KCl (60% K2O).
Takaran yang dianjurkan untuk pupuk anorganik sebagai berikut.
· Urea 225 Kg per hektar,
· TSP 300 Kg per hektar,
· KCl 100 Kg per hektar,
· dan ZA 150 Kg
per hektar
Takaran per lubang
tanamannya sekitar Urea 12 g, ZA 8 g, TSP 15 g, dan KCl 5 g.
d.
Jarak
dan Lubang Tanam
Jarak tanam antar-barisan (alur atau garit) untuk menghasilkan umbi kentang
ukuran bibit adalah 70 – 75 cm dan jarak tanam dalam barisan adalah 20 – 25 cm. Sedangkan untuk tujuan menghasilkan produksi
umbi konsumsi, jarak tanam sebaiknya
agak lebar yaitu jarak antar – barisan 70 – 80 cm dan jarak dalam barisan 30
cm. Kerapatan
tanam makin tinggi menyebabkan ukuran umbi yang akan dipanen (untuk bibit)
makin kecil. Sebaliknya, jarak tanam
yang lebih renggang akan menghasilkan umbi kentang yang lebih besar. Untuk luas dan sempitnya jarak tanam, populasi, biasanya
dipengaruhi oleh jenis tanah. Pada jenis tanah yang subur maka jarak tanamnya
pun lebih renggang, sedangkan pada jenis tanah yang kurang subur maka jarak
tanmanya pun semakin sempit.
Keuntungan jarak tanam antar-baris yang lebar adalah sebagai berikut:
1.
Terdapat
cukup tanah umtuk membumbun
2.
Kerusakan
terhadap tanaman (akar dan umbi) akibat peralatan pengolahan pada waktu
membumbun, menyiang, dsb dapat dihindari
3.
Memudahkan
pencabutan tanaman yang terinfeksi penyakit.
Keuntungan jarak tanam antar-baris yang sempit atau rapat adalah sebagai berikut:
1.
Memungkinkan
air irigasi/pengairan mencapai daerah perakaran dengan mudah.
2.
Meningkatkan
efisiensi penggunaan tanah, sinar, air dan hara.
Teknik Penanaman
Penanaman ini dilakukan seminggu setelah tahap persiapan lahan. Langkah-langkah penanaman tersebut sebagai berikut.
·
Lubang
tanam disiapkan dengan kedalaman seukuran bibit atau kira-kira 7,5 – 10
cm. Lubang tanam jangan terlalu dalam
karena dapat menurunkan bobot produksi.
·
Setelah
itu, bibit ditanam. Bibit yang ditanam
harus sudah tumbuh tunasnya sekitar 1 – 2 cm.
Bibit ditanam dengan posisi tunas yang tumbuhnya paling baik menghadap
ke atas. Setelah itu timbun lagi dengan
tanah setebal 5 – 6 cm.
Pemeliharaan
Agar
pertumbuhan bibit yang telah ditanam tetap baik, maka bibit perlu dipelihara
secara baik selama masa pertumbuhannya hingga panen. Produksi yang tinggi akan
sulit dicapai apabila tanaman kurang terpelihara. Oleh karena itu, pemeliharaan
tanaman harus dilakukan seintensif mungkin. Pemeliharaan pada tanaman kentang
meliputi kegiatan-kegiatan pemupukan, penyiangan, pembumbunan, pemangkasan
bunga, penyiraman dan pengairan.
Pemupukan
Lahan yang telah dipersiapkan sebelumnya berupa alur-laur atau garitan-garitan, kemudian diberi pupuk
organik (pupuk kandang atau kompos). Pemberian pupuk dilakukan dengan cara
dihamparkan dalam garitan-garitan atau diberikan secara setempat diantara umbi
kentang yang akan ditanam. Pupuk kandang yang biasa dipakai adalah kotoran
ayam, sapi, kerbau, kambing, dan burung. Pemberian pupuk kandang minimal tiga
hari sebelum tanam. Bersamaan dengan pemberian pupuk kandang tersebut
sebelum penanaman bibit, pupuk buatan juga diberikan. Cara pemberian pupuk
buatan adalah diatas pupuk kandang atau diantara umbi bibit dengan jarak 5cm –
7cm di sebelah kanan dan kiri umbi kentang. Jumlah pupuk buatan untuk tanaman
kentang bervariasi, tergantung pada varietas kentang, jenis tanah, kesuburan
tanah, lokasi, dan musim. Sebagai pedoman, pemakaian pupuk buatan untuk lahan
seluas satu hektar adalah menggunakan campuran pupuk buatan yang dilakukan 20
hari sekali sebagai berikut:
a.
Pupuk
Urea sebanyak 400 – 600 kg/ha
b.
Pupuk
ZA sebanyak 150 kg/ha
c.
Pupuk
SP36 sebanyak 450 kg/ha
d.
Pupuk
KCL sebanyak 100 kg/ha
Penyiangan
Biasanya penyiangan
atau membersih rumput dan gulma dilakukan pada saat pemupukan Susulan 1 (20-an
HST) dan susulan 2 (40-an HST) atau pada saat tanaman berumur sekitar 30 hari
dan 50 hari. Namun, sebetulnya kapan
penyiangan dilakukan, tidak ada aturannya. Penyiangan dapat dilakukan kapan
saja. Pada waktu melakukan pemeriksaan
rutin, penyiraman, atau kegiatan lain yang sekaligus memeriksa ada tidaknya
gulma.
Pembumbunan
Bersama dengan penyiangan dilakukan pembumbunan. Pembumbunan
ini dilakukan dengan mempertinggi permukaan tanah sekitar tanaman agar lebih
tinggi dari tanah sekelilingnya. Tujuan
pembumbunan itu agar perakaran tanaman menjadi lebih baik, menghindarkan umbi
kentang dari sinar matahari sehingga racun solanin yang terdapat
dalam umbi kentang, dan berbahaya bagi kesehatan, tidak akan muncul.
Pemangkasan Bunga
Biasanya pada umur 25 – 30 hari, tanaman kentang mulai mengeluarkan bunga. Oleh karena
itu, bunga sebaiknya dipangkas
sebelum mekar (bunga masih kuncup). Kemunculan
bunga bisa membuat umbi tumbuhnya kecil-kecil, Karena terjadi persaingan dalam penggunaan zat makanan
untuk pembentukan umbi dan bunga.
Penyiraman dan Pengairan
Kentang tidak hanya membutuhkan makanan banyak, tetapi
juga membutuhkan air yang banyak (tetapi
tidak menghendaki tanah yang becek). Kebutuhan air pada kentang
dengan cara penyiraman. Penyiraman hanya dilakukan bila tanah kelihatan kering,
atau untuk lebih tepatnya diukur dulu kelembaban tanahnya. Bila
kelembabannya kurang dari yang diperlukan maka tanaman perlu
penyiraman. Kelembaban yang
dibutuhkan oleh tanaman kentang 80%. Penyiraman tidak boleh terlampau banyak
sebab air berlebih bisa menghentikan pertumbuhan umbi. Jadi, penyiramannya
cukup membuat permukaan tanah basah.
Agar tanah tetap lembab dan untuk mencegah agar umbi
kentang tidak pecah karena terlalu banyaknya air pengairan, maka pengairan atau
penyiraman dapat dilakukan dengan selang waktu satu minggu. Pada saat
memberikan air pengairan hendaknya secukupnya saja, artinya tanah cukup basah
saja, tidak sampai terjadi penggenangan. Dengan demikian, maka pertumbuhan
tanaman dan pertumbuhan umbi dapat berjalan baik, sehingga kualitas umbi yang
dihasilkan akan baik.
Organisme Pengganggu Tanaman
1. Hama
Hama yang sering menyerang tanaman
kentang adalah :
1.
Kutu
Daun (Aphididae)
Kutu
daun atau aphid adalah hama dari keluarga Aphididae yang berukuran kecil (1 – 2mm) dan umumnya menyerang daun dengan cara mengisap
cairan daun. Salah satu jenis kutu daun
yang dikenal secara umum adalah kutu aphis (Aphis
gossypii), kutu daun persik atau tobaco aphids (Myzus persicae) dan kutu bereng, wereng (Thrips).
Aphis gossypii dan Myzus
persicae bisa dikatakan
serupa tapi tak sama. Aphis gossypii berwarna hijau, kehitam-hitaman, sampai kuning
kecoklat-coklatan. Sedangkan Myzus persicae sayapnya berwarna
kehitam-hitaman, permukaan tubuhnya hijau, kuning sampai merah
kecoklat-coklatan.
Keduanya
mengisap cairan daun atau bagian daun yang masih muda. Daun yang diserang akan berkeriput
berkerut-kerut karena cairannya dihisap. Tanaman
tumbuh kerdil, warna daunnya kekuning-kuningan, daun menggulung, kemudian
layu,dan akhirnya tanaman tidak hanya terhambat pertumbuhannya melainkan bisa
juga mati.
Pada
suhu di atas 25 ºC, umur kutu dewasa menjadi pendek. Pada suhu udara diatas 28 ºC
reproduksi akan terganggu. Bila
kelembaban udaranya secara konstan relatif tinggi, akan mempengaruhi
pertumbuhan kutu muda. Sebab
yang diinginkannya adalah kondisi yang sebaliknya yaitu kelembaban yang rendah.
Yang paling ditakuti petani adalah hama tersebut dianggap sebagai penular
(vektor) penyakit PLVR (Potato Leaf Roll Virus), terutama saat umbi kentang
disimpan di gudang.
Kutu Trips atau gurem bergerak lincah. Ukurannya sangat kecil (1 mm) sehingga sulit
dilihat mata. Daun yang diserang
berkeriput, berbintik-bintik kuning, kaku, menebal. Sedangkan bagian bawah daun yang diserang
berwarna keperak-perakan. Serangan pada
tanaman yang sudah tua, daun tampak menggulung dan tanaman tumbuh kerdil. Selain menyerang daun, thrips ditemukan juga
menyerang tunas baru tumbuh dari umbi kentang (bibit kentang). (Rukmana, R. 1997)
Untuk
mengendalikan hama ini, langkah langkah yang dapat dilakukan adalah:
a.
Membersihkan
lingkungan sekitar dari tumbuhan liar (gulma) dan membakar bagian tanaman yang
diserang.
b.
Menanam
tanaman perangkap yang tumbuhnya lebih tinggi dari tanaman kentang, ditanam di
pinggiran lahan. Jenis tanaman perangkap
antara lain tanaman jagung, bunga matahari, atau tanaman yang bunganya cenderung
kuning atau kekuning-kuningan.
c.
Pada
serangan yang demikian hebat, setiap daun dapat
ditemukan aphis sebanyak 7 ekor.
d.
Penyemprotan pestisida (insektisida) yang sesuai untuk aphis dapat dilakukan jika diperlukan.
2.
Ulat Penggulung daun ( Phthorimaea operculella)
Ulat ini termasuk kedalam Ordo Lepidoptera. Famili
Gelechiides. Lepidoptera berasal dari
kata Yunani yaitu Lepidopteros. Lepidos
artinya sisik, pteros artinya sayap. Serangga dewasa tidak menjadi hama, yang menjadi hama
adalah Larvanya, larva berbentuk ulat. Serangan
ulat ini dimulai Serangan dengan perubahan warna daun dari hijau menjadi merah
tua. Kemudian muncul jalinan seperti benang yang didalamnya berisi ulat kecil
berwarna kelabu. Kadang-kadang daun menggulung dan berisi larva. Menggulungnya
daun karena permukaan daun sebelah atas rusak. Serangan ini tidak hanya terjadi
dilapangan, tetapi juga di tempat penyimpanan atau gudang. Umbi yang diserang
ditandai dengana adanya kotoran disekitar mata tunas.
Ulat ini juga juga dikenal dengan nama taromi,
selisip, atau selundup atau PTM (Potato Tuber Mouth)
itu, diduga juga sebagai hama yang mengundang datangnya serangan jamur penyebab
penyakit Fusarium. Daur hidup hama ini cukup lama. Di daerah seperti Bogor
(kurang dari 1.000 m dpl) hama tersebut bisa hidup sampai 25 hari. Namun,
didataran 1.200 m dpl bisa hidup sampai 40 hari. Pastinya, Phthorimaea operculella tergolong hama berbahaya karena bisa
merusak hasil panen, baik yang lapangan maupun yang disimpan di gudang.
Pada stadia dewasa, hama
berupa kupu-kupu berwarna keabu-abuan. Kupu-kupu tersebut aktif di malam hari
dan tidak aktif pada siang hari. Ia bersembunyi di tempat yang sulit dipantau (bagian bawah tanaman)
Telurnya kecil sekali , bisa ditemui di bawah daun atau di atas umbi. Peletakan
telur di atas umbi, bila umbi tidak tertutup tanah seluruhnya. Makanya umbi yang
disimpan digudang kerap dijadikan sasaran.
Setelah telur menetas,
keluar ulat yang kemudian merusak daun dan umbi dengan cara melubanginya.
Setelah ulat berubah menjadi pupa, kononnya akan terlihat seperti ditutupi
butiran tanah. Bila di gudang, pupa akan berada di luar umbi atau di atas rak.
Pemberantasan secara
mekanis dapat dengan memangkas daun ataupun umbi yang telah terinfeksi dan yang
telah tertempeli telur dan nimfanya. Sedangkan penyemprotan secara kimia dengan
penyemprotan pestisida.
Upaya
pengendalian hama yang dilakukan, antara lain:
a.
Hindari
penanaman kentang pada musim kemarau.
b.
Hindari
terjadinya keretakan tanah karena lewat retakan ini larva akan masuk ke dalam
tanah dan tanah akan merusak umbi.
c.
Seiring
melakukan pembumbunan untuk mencegah larva masuk ke dalam tanah.
d.
Umbi
yang disimpan di gudang harus diseleksi betul. Untuk itu, guna mengetahui mata umbi yang
baik dan mana yang tidak, biarkan umbi selama dua minggu terhampar dilantai
(yang sudah dibersihkan juga). Bila umbi tetap bersih, berarti bebas hama
tersebut. Tapi bila dua minggu kemudian ternyata permukaan umbi mulai kotor,
berarti telur hama tersebut mulai menetas. Sebaiknya umbi ini langsung dibuang saja.
e.
Bila
diperlukan gunakan insektisida yang dianjurkan. Dapat menggunakan insektisida
biologi antara lain Bacillus
thuringiensis atau baculovirus.
2. Penyakit
1.
Penyakit
hawar daun
Phytophthora infestans termasuk
kedalam kelas Oomycetes, Ordo Peronosporales yang menyebabkan penyakit hawar daun kentang dan busuk
kentang. Organisme yang semula dianggap sebagai anggota fungi / jamur ini
ternyata merupakan protista dan menjadi penyebab kelaparan besar pada tahun
1845 di Irlandia dan pada tahun 1846 di Dataran Tinggi Skotlandia, dan
menyebabkan emigrasi besar-besaran ke Amerika Serikat.
Miselium
P. infestans yang terdiri dari benang-benag hifa yang tidak
bersekat dan mengandung banyak inti yang diploid (Brasier & Sansome, 1975),
tumbuh diantara sel-sel tanaman inang.
Makanan diperoleh dari dalam sel yang diserap oleh kaki miselium.
Sporangiofora bercabang-cabang
dengan sifat percabangan simpodial dan pertumbuhannya indeterminate. Pada ujung sporangiofora terbentuk
sporangia, dan ini terjadi sebelum cabang baru yang mendesaknya ke samping
tumbuh. Sporangiofora muncul
kepermukaaan jaringan melalui stomata. Sporangium
berbentuk bulat telur atau menyerupai buah jeruk limau, berpapila,
berukuran 27 – 30 x 15 – 20 mikron. Pada
temperatur diatas 20 ºC sporangium
berkecambah langsung membentuk buluh kecambah sedang dibawah temperatur
tersebut zoospora. Jadi sporangium dapat
berfungsi sebagai konidium maupun sebagai zoosporangium, tergantung pada
temperatur lingkungannya.
Di gudang penyimpanan, penyakit
berkembang dan bila umbi ditanam tunas-tunas yang tumbuh menunjukan gejala
penyakit.
Menurut Sato (1979) infeksi umbi di
lapang terjadi pada tanah yang bersuhu 18 ºC
atau lebih rendah. Di dalam tanah ,
sporangium tidak dapat bertahan lama.
Pada 20 ºC sporangium masih tetap hidup selama 5 minggu, sedang pada
suhu 30 ºC hanya 7 hari (Suhardi, 1982).
Pada umumnya penyakit
busuk daun kentang dijumpai setelah
tanaman berumur 5 – 6 minggu. Mula-mula
serangan penyakit ini hanya dijumpai ada daun-daun bawah, kemudian merambat ke
atas, ke daun-daun yang lebih muda.
Gejala pertama ialah
terdapat bercak kebasah-basahan dengan tepian yang tidak teratur pada tepi daun
atau tengahnya. Bercak kemudian melebar
dan terbentuklah daerah nekrotik yang berwarna coklat. Melingkari daerah nekrotik ini terdapat
bagian yang berwarna hijau kelabu yang menghasilkan sporangium berwarna
putih. Penyakit dapat terjadi pada
tangkai anak daun , warna coklat, melingkar, agak mengendap, dan dapat menimbulkan
defoliasi. Pada ujung batang, penyakit
berupa nekrotik yang cepat berkembang pada jaringan tanaman yang masih
muda. Apabila kelembaban udara rendah
bercak-bercak nekrotik cepat mengering dan jaringan sakit menjadi mengkerut,
melengkung, atau memutar. Kulit umbi
kentang yang berpenyakit melekuk dan agak berair.
Bila dibelah, daging umbi berwarna coklat.
Pengendalian terhadap penyakit
lodoh antara lain dengan sanitasi lahan
pertanaman. Lantas menanam bibit yang
sehat dan varietas yang tahan terhadap serangan penyakit tersebut.
Selanjutnya, menanam
tanaman pagar seperti jagung atau yang lain sebagai penghalang penyebaran spora
dari tanaman yang satu ke tanaman yang lain.
Tanaman penghalang ini juga sebagai pencegah serangan serangga yang
mungkin menjadi vektor penyebar penyakit tersebut.
2.
Penyakit
Kudis
Penyakit kudis disebabkan
oleh streptomycetes scabies (Thaxt)
Waks & Henrici, yaitu merupakan termasuk ke dalam kelas Thallobacteria. Streptomyces spp.
merupakan genus paling besar dari ordo Actinomycetales yang
termasuk gram positif (Tyo, 2008). Genus ini kebanyakan dapat ditemukan di
tanah dan tumbuhan yang membusuk. Streptomyces spp.
memiliki bau khas yang dihasilkan dari metabolisme dan geosmin yang menguap
(Agrios, 2005). Streptomyces spp.
merupakan bakteri penghuni tanah yang membentuk miselium bercabang-cabang
dengan ukuran antara 0,5-2,0 µm dan membentuk rantai spora pada ujung hifa
udara dengan diameter 0,5-2,0 µm. Streptomyces spp.
bersifat aerobik, oksidatif, dan sedikit asam yang diakumulasi dalam medium
(Goto, 1992).
Infeksi berlangsung melalui sel-sel umbi- umbi muda, terutama
bila keadaan tanah kering (Adam & Lapwood, 1978). Dilaporkan oleh Lewis (1970) bahwa bila tanah
dipertahankan pada potensial air 80 joule per kg pada kedalaman 25 cm selama
masa pertumbuhan kentang, maka banyak terjadi infeksi kudis. Disamping menyerang kentang, S.scabies menyerang Turnip, bit
dan radish (Hodgson et al.,
1974). Kudis biasanya tidak terjadi pada
pH dibawah 5, tetapi pada pH 6 atau lebih dapat meningkatkan serangan.
Gejala penyakit ini tidak tampak pada bagian di atas permukaan tanah. Kulit permukaan umbi terdapat borok-borok
kudis yang menonjol keluar dan biasanya berdiameter 5 – 8 mm. Mula-mula gejala hanya bercak kecil berupa
pecahan seperti bintang, kemudian berkembang meluas dan berwarna gelap. Scab banyak berjangkit pada musim kering
dengan temperatur optimum 25 ˚C – 30 ˚C.
Pengendalian penyakit ini
yaitu menanam umbi yang sehat dan merotasi kentang denga leguminosae 3 – 5
tahun. Pencelupan umbi ke dalam formalin
0,05 persen selama satu jam akan mencegah penularan penyakit melalui umbi. Gunakan pupuk yang agak asam seperti amonium
sulfat. Pertanaman diairi secukupnya dan
teratur pada masa awal pertumbuhan (Lapwood et al., 1973).
3.
Layu
bakteri
Penyakit ini masuk ke
dalam tanaman melalui akar yang terluka.
Bagian yang terserang adalah umbinya.
Kulit umbi berbecak cokelat.
Gejala itu menjalar hingga batang.
Kalau bagian batangnya dipotong dan kemudian ditekan, dari bekas
potongan akan mengeluarkan cairan yang warnanya seperti susu. Akibat selanjutnya terjadi kelayuan pada
seluruh daun tanaman, yang dimulai dari bagian pucuk.. Kemudian berwarna
cokelat, dan biasanya hanya dalam tempo beberapa hari, tanaman akan mati.
Serangan layu bakteri terbanyak pada musim
hujan atau pada udara lembab. Penularan
penyakit dilapangan terjadi dalam tanah, mungkin lewat rembesan air atau
percampuran dengan tanah yang sudah terinfeksi.
Sedangkan penularan digudang dapat disebabkan karena tercemarnya gudang
oleh umbi yang sudah terjangkiti penyakit ini.
Penyakit layu bakteri
dikenal sebagai layu bakteri ralstonia akibat bakteri Pseudomonas (Ralstonia) solanacearum. Gejala umum serangan, beberapa daun muda pada
pucuk tanaman layu; daun tua dan daun bagian bawah menguning, atau tanaman layu
sebagian atau keseluruhan dengan bagian daun yang menguning lalu mati. Gejala ini seperti tanaman yang kekurangan
air. Bila tanaman dicabut tanaman masih
kokoh karena sistem perakarannya tidak terganggu.
Bila umbi yang terinfeksi,
ketika dilakukan pemanenan, akan tampak ”lengketan tanah” yang menempel pada
ujung stolon atau bagian mata umbi atau bagian ujung umbi. Lengketan tanah ini akibat lendir yang keluar
dari bagian yang terinfeksi. Bila umbi
dibelah , maka akan tampak disklorasi atau warna cokelat disekeliling vaskulernya
(melingkar) dan berlendir berwarna putih susu atau keabu-abuan.
Layu bakteri tersebut
menular melalui tanah (soil borne patogen) atau melalui peralatan pertanian. Sedangkan suhu
tinggi dan kelembaban tinggi sangat menguntungkan
bagi bakteri. Suhu optimum bagi
perkembangan bakteri 27 – 37 ˚C dan suhu yang menghambat pertumbuhannya 8 – 10 ˚C.
Pengendalian penyakit ini meliputi
pemakaian umbi yang sehat, melakukan rotasi dengan tanaman bukan tanaman inang
minimal 4 tahun, mengeringkan tanah pada musim kemarau, mengurangi pelukaan
karena mekanis maupun karena nematoda, penyemprotan tanaman dengan Agrimisin
15/1.5 WP, serta menerapkan tindakan eradikasi dan sanitasi.
4.
Penyakit
Layu Fusarium
Penyebab layu ini
disebabkan oleh jamur Fusarium solani (Mart)
Sacc, yaitu jamur yang dapat bertahan di dalam tanah sebagai saprob atau dalam
bentuk klamidospora. Dalam bentuk
klasmidospora patogen dapat bertahan paling tidak selama 5 tahun di dalam tanah
bera (Booth & Waterston). Jamur ini
menghasilkan mikrokonidia bening, silindris, berukuran 9 - 16 x 2 – 4
mikron. Makrokonidia berbentuk silindris
atau seperti perahu bersekat-sekat dan berukuran 40 – 100 x 5 – 7,5 mikron.
Menurut Hodsgon, dkk.,
(1974), penyebab penyakit ini bertahan dalam tanah atau umbi yang terinfeksi di
gudang. Bila umbi yang terinfeksi ditanam, jamur akan menginfeksi akar dan menjalar melalui tanaman ke umbi.
Penyakit ini pada umumnya
timbul di daerah yang beriklim kering seperti di Jawa Timur. Serangan penyakit ini sering bersama-sama
dengan penyakit kanker batang (Suhardi dkk., 1976).
Gejala penyakit tersebut diawali dengan pertumbuhan
tanaman yang tampak tidak normal, daun-daun berwarna hijau suram. Dimulai dari daun-daun bawah kelayuan berkembang ke
atas. Daun-daun yang layu kemudian
menguning dan akhirnya mengering.
Daun-daun pucuk tetap hijau.
Bila batang kentang disayat,
tampak kayunya berwarna coklat. Kadang-kadang pencoklatan juga dijumpai pada pembuluh
tangkai daun. Pada tanah yang basah dan
dingin, bagian batang di bawah permukaan tanah dapat menjadi busuk, tanaman
layu dan mati (Hodgson dkk., 1974).
Umbi-umbi yang terserang melekuk pada ujung stolon dan terjadi
pencoklatan pembuluh sampai ke kedalaman yang beragam. Bila m
encapai mata umbi, maka tidak akan membentuk tunas (French, 1972).
Pengendalian
penyakit layu fusarium dilakukan sejak awal yaitu, sanitasi lahan dan
menanam bibit yang sehat. Ketika panen
jangan sampai umbi terluka dan sebelum disimpan umbi direndam dengan fungisida
dulu (umbi untuk benih atau bibit).
Ketika panen, umbi betul-betul berasal dari tanaman yang jaringannya
sudah mati. Kemudian, umbi jangan
disimpan dalam gudang yang lembab.
Sistem pertukaran udara atau ventilasi gudang harus baik. Jangan sering menggeser-geser umbi digudang
sampai umbi siap tanam.
Hal
lain yang perlu diperhatikan juga adalah :
a.
Melakukan
pergiliran tanaman yang bukan tanaman terung-terungan.
b.
Gudang
penyimpanan harus dibersihkan dari hama penyakit sebelum digunakan.
c.
Bila
diperlukan bisa gunakan pestisida yang dianjurkan.
Panen
Umur dan Waktu Panen
Tanaman kentang dipanen pada umur
90 – 160 hari setelah tanam (HST). Untuk memperoleh hasil
yang optimal, penentuan panen hendaknya berdasar pada umur tanaman dan
memeriksa umbinya dengan mendangir sebagian tanahnya. Selain itu, waktu
pemanenan (pagi, siang, sore) hendaknya diperhatikan karena berpengaruh
terhadap kualitas umbi yang dipanen. Lakukan pemanenan pada saat cuaca yang cerah di pagi hari atau di sore
hari. Jangan melakukan pemanenan disaat hujan, karena umbi kentang akan mudah
busuk. Pemanenan yang dilakukan pada siang hari juga kurang menguntungkan,
karena pada siang hari proses fotosintesa masih berlangsung. Jika dipanen pada
saat itu, maka pembentukan umbi dan zat-zat gizi menjadi terhenti. (Bambang
Cahyono, 1996)
Cara panen
Sistem pemanenan
menggunakan cangkul dan cukil bambu. Cangkul lebih sering digunakan daripada
cukil bambu karena pekerjaan lebih efisien dan waktu yang digunakan lebih
efektif. Pemanenan dengan cangkul juga mempunyai kelemahan, yaitu kemungkinan
umbi kentang terkena cangkul sangat besar sehingga persentase kentang cacat
mekanik menjadi besar. Pemanenan dengan cangkul dilakukan dengan membongkar
bedengan secara hati-hati agar tidak mengenai umbi kentang lalu mengambil
kentang dan meletakkannya di sisi bedengan. Kentang yang sudah dipanen didiamkan
dahulu di lahan sekitar 1 - 2 jam agar terkena sinar
matahari langsung sehingga kulit umbi menjadi kering dan kotoran tanah yang
menempel pada kulit umbi terlepas
semuanya (Setiadi, 1998).
Daftar Pustaka :
3 komentar:
waaah, mantab banget nih artikelnya gan
makasih
resep donat kentang
PUSAT SARANA BIOTEKNOLOGI AGRO
menyediakan pupuk mikoriza untuk keperluan penelitian, laboratorium, mandiri, perusahaan .. hub 081805185805 / 0341-343111 atau kunjungi kami di https://www TOKOPEDIA.com/indobiotech temukan juga berbagai kebutuhan anda lainnya seputar bioteknologi agro
Posting Komentar